Mengenal Konsep Pikiran Otomatis (automatic thoughts) dalam Psikologi Islam Ghazalian 

Konsep Pikiran Otomatis (automatic thoughts) dalam REBT

Konsep pikiran otomatis (automatic thoughts) dalam Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) mengacu pada pola pikir spontan dan tidak sadar yang terjadi dalam pikiran kita. Pikiran otomatis ini sering kali bersifat negatif (negative automatic thoughts), tidak rasional, dan dapat menyebabkan masalah emosional yang berkepanjangan. Dalam terapi REBT, individu diajarkan untuk mengidentifikasi pikiran otomatis mereka, mengevaluasi rasionalitasnya, dan menggantinya dengan pikiran yang lebih realistis dan rasional. Dengan mengubah pikiran otomatis yang negatif dan tidak rasional menjadi yang lebih adaptif, individu dapat mengurangi tingkat kecemasan, depresi, dan stres yang mereka alami.

hirarki-transformasi

Konsep yang serupa dengan pikiran otomatis dapat ditemukan dalam psikologi Ghazali, yang disebut “khathir.” Al-Ghazali memandang khathir sebagai asal mula emosi dan tindakan manusia. Khathir, atau lintasan pikiran, dapat mengarahkan individu menuju perilaku yang positif maupun negatif. Al-Ghazali menekankan pentingnya menyadari khathir, karena memahami aliran pikiran memungkinkan kita untuk mengarahkan dan mengendalikan tindakan kita. Khathir dapat dikendalikan melalui praktik muraqabah, yang melibatkan pengamatan yang cermat terhadap aliran pikiran.

Secara ringkas, kedua konsep ini, pikiran otomatis dalam Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dan khathir dalam psikologi Ghazali, menyoroti peran pikiran dalam mempengaruhi emosi dan tindakan. Keduanya menekankan pentingnya kesadaran diri dan kemampuan untuk mengarahkan serta mengendalikan tindakan kita dengan memahami dan mengarahkan aliran pikiran. Dengan melatih diri kita untuk mengganti pikiran negatif dan tidak rasional dengan yang lebih rasional dan adaptif, kita dapat mengurangi tingkat kecemasan, depresi, dan stres.

Konsep Khathir (Lintasan Pikiran)

Pengaruh paling spesifik yang terjadi di qalb adalah lintasan hati, yaitu pikiran dan ingatan yang terjadi di qalb. Ini berkaitan dengan pengetahuan qalb tentang ilmu, baik dengan memahami maupun menghafalnya. Disebut lintasan karena telah melintas di qalb setelah terlupakan. Sungguh, niat, keinginan, dan kehendak terbentuk dari khathir atau lintasan hati. Awal dari semua perbuatan adalah khathir dan tidak mencakup pilihan atau kesadaran manusia karena itu hanya terjadi di luar kendali pikiran manusia.

Proses kerja khathir dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Yang pertama terjadi di qalb adalah khathir,

(2) kemudian menghasilkan kecenderungan tertentu dari kehendak atau naluri (raghbah). Naluri yang dipicu oleh khathir, apakah itu syahwaniyyah atau ghadabiyyah, tergantung pada khathir yang datang.

(3) Selanjutnya akan menciptakan tekad atau ‘azam, dan

(4) niat akan ditunjukkan dalam bentuk gerakan tubuh atau a’dhau dan menjadi

(5) tindakan atau fi’il yang bergerak setelah tidak ada halangan. Jika tindakan dilakukan secara konsisten, maka akan terbangun menjadi

(6) karakter, sebagai sesuatu yang terjadi dengan mudah tanpa terlalu banyak proses berpikir.

Semua lintasan hati pada kenyataannya diciptakan oleh Allah Ta’ala sebagai awal di dalam hati. lintasan ini disebut khathir.

Ada empat jenis khathir. Pertama, khathir yang berasal dari Allah Ta’ala disebut khathir, dan tiga jenis berikutnya akan dijelaskan di bagian selanjutnya. Khathir atau lintasan hati yang ada dalam jiwa manusia menggerakkannya menuju dua bentuk keinginan. Pertama, khathir mendorong manusia menuju hal-hal jahat yang memiliki konsekuensi berbahaya. Kedua, khathir mendorong menuju hal-hal baik yang akan membawa keberuntungan serta manfaat di akhirat. lintasan-lintasan tersebut saling bertentangan. Berikut adalah tiga jenis khathir berikutnya:

A. Hawa Nafsu

Khathir yang diciptakan oleh Allah Ta’ala sesuai dengan sifat atau perilaku manusia disebut hawa nafsu. Karena berkaitan dengan nafsu, khathir ini berbentuk melepaskan keinginan impulsif dan primitif, seperti melegalkan semua cara, mengonsumsi semua makanan haram, dan mengikuti nafsu. Baik dan buruknya khathir ini tergantung pada pengendalian diri. Jika seseorang mematuhi Hukum Allah Ta’ala, maka khathir ini baik.

B. Waswasah

Ini adalah khathir yang diciptakan oleh Allah Ta’ala bersamaan dengan bujukan dan rayuan setan, yaitu bisikan dari setan yang disebut waswasah karena membisikkan kepada jiwa manusia untuk melakukan perbuatan dosa, ketidaksyukuran, kerusakan, menyekutukan Allah, dan perbuatan merusak. Tanda-tanda waswasah adalah bisikan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan ibadah wajib dan sunnah, serta melakukan dosa dan mengonsumsi hal-hal syubhat. Waswasah terletak di dada.

Kehadiran waswasah dalam jiwa manusia sangat halus, seperti aliran darah yang mengalir di seluruh tubuh manusia. Kehadirannya begitu halus sehingga sulit untuk dicegah. Waswasah akan lebih sulit terdeteksi saat menyusup ke dalam amal baik.

“Sesungguhnya setan mengalir (menutupi) dalam tubuh manusia seperti aliran darah. Dan aku khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi dalam jiwamu.” (HR. Bukhari).

Hindarilah datangnya waswasah; ini dapat dilakukan dengan mengingat Allah Ta’ala. Abu Hurairah berkata: “Waswasah datang dari setan, jika disebutkan nama Allah maka ia akan menghilang, tetapi jika tidak disebutkan maka ia akan tetap berada di qalb.” (HR. Bukhari).

C. Ilham

Ini adalah jenis khathir yang diciptakan oleh Allah Ta’ala bersamaan dengan undangan dari malaikat mulhim. Ini adalah bisikan yang datang dari malaikat. Ia dibekali karakter untuk taat, jujur, dan ikhlas kepada Allah Ta’ala sehingga membawa keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Fungsi khathir ini sebagai perbandingan dengan waswasah atau khathir yang berasal dari setan.

Rasulullah bersabda: “Di qalb, ada dua bisikan; pertama, bisikan dari malaikat yang mengundang kepada kebaikan dan menegaskan kebenaran. Siapa pun yang menerimanya maka dia mengetahui bahwa bisikan itu datang dari Allah, dan dia harus memuji-Nya. Kedua, bisikan dari musuh, yang mengundang keburukan, menafikan kebenaran, serta mencegah melakukan yang benar. Siapa pun yang menerimanya maka dia harus meminta perlindungan dari Allah dari setan yang terkutuk.” (HR. Turmudzi).

Allah berfirman: “Tidak ada jiwa melainkan ada pelindung atasnya.” (QS at-Tariq [86]: 4).

Jika qalb dipenuhi syahwat, marah, serakah, berangan-angan, dan karakter lain yang cenderung mengikuti hawa nafsu, maka pastilah qalb tersebut dipenuhi waswasah dari setan.

Nabi SAW berkata: “Setiap orang di antara kalian memiliki setan.” Kemudian para Sahabat bertanya, “Bagaimana dengan Anda, O Rasulullah?” Dia menjawab, “Saya juga, tetapi saya dibantu oleh Allah dalam menghadapi setan ini. Maka setan tersebut memeluk Islam, sehingga ia tidak menggoda kecuali kepada yang baik.” (HR. Bukhari).

Dalam Ihya ‘Ulumuddin dijelaskan bahwa setan tidak melakukan apa-apa kecuali melalui hawa nafsu. Oleh karena itu, orang yang mendapatkan bantuan dari Allah Ta’ala adalah dia yang dapat mengalahkan jiwa hewani-nya sehingga tidak lagi dapat menggoda ke arah keburukan. Jika hal-hal duniawi terjadi di qalb bersamaan dengan keinginan hawa nafsu, maka setan akan mendapatkan cara untuk membisikkan kejahatan dalam qalb manusia. Namun, jika qalb fokus mengingat Allah Ta’ala, maka setan akan pergi. Kemudian, malaikat akan datang sebelum qalb dengan iman yang benar.

Waswasah yang berasal dari setan akan hilang dari qalb ketika seseorang mengingat hal-hal lainnya selain penyebab waswasah tersebut. Jika qalb mulai mengingat sesuatu, maka ingatan sebelumnya akan hilang. Namun, jika ingatan tersebut berkaitan dengan Allah Ta’ala, maka mengingat Allah Ta’ala akan membawa ketenangan bagi qalb.

Khathir dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) yang pasti diketahui membawa kepada keburukan. Tidak diragukan lagi bahwa itu adalah waswasah. (2) Khathir yang mendorong manusia menuju kebaikan, yang tidak diragukan lagi adalah ilham. (3) Khathir yang membuat orang ragu, yang tidak pasti apakah itu dari setan atau malaikat.

Tidak ada satu pun yang bebas dari bisikan setan kecuali dengan menutup pintu khathir di qalb. Pintu tersebut adalah indera, terutama pintu yang berasal dari syahwat dan kesenangan dunia. Berada sendirian di rumah gelap juga merupakan cara untuk menutup pintu indera. Sedangkan menjauh dari keluarga dan harta merujuk pada pengurangan pintu yang melintasi qalb dari dalam.

Syahwat yang membara akibat banyak makan akan mempengaruhi qalb. Meskipun rangsangan terhadap syahwat dihentikan melalui indera, fantasi dalam jiwa masih ada dan sulit untuk dihilangkan. Fantasi dapat bergerak dari satu hal ke hal lainnya. Dengan pergerakan fantasi, sering kali qalb bergerak dari satu keadaan ke keadaan lain. Qalb selalu berubah dan dipengaruhi oleh beberapa penyebab.

Dalam Minhaj al-‘Abidin, untuk mengetahui perbedaan antara khathir baik dan buruk, seseorang harus mempertimbangkan tiga hal:

  1. Menyesuaikan bisikan qalb dengan Hukum Syari’ah. Jika sesuai, maka itu termasuk khathir baik, dan jika tidak, maka itu termasuk khathir buruk.
  2. Membandingkannya dengan amal orang-orang saleh. Jika cocok, maka itu termasuk yang baik, dan sebaliknya.
  3. Membandingkannya dengan hawa nafsu. Jika hawa nafsu menolaknya dengan penolakan sesuai sifatnya dan bukan karena takut kepada Allah Ta’ala, maka itu adalah khathir baik. Sebaliknya, jika hawa nafsu menyukainya sesuai dengan sifatnya dan bukan karena harapan akan keridhaan Allah, maka itu adalah khathir buruk. Karena hawa nafsu selalu mendorong kepada keburukan, bukan kebaikan.

Jika kita ingin mengetahui perbedaan antara khathir buruk yang berasal dari setan atau hawa nafsu dengan khathir pertama sebagai ujian, maka kita harus memperhatikan tiga hal berikut:

  1. Jika kondisi kuat dan tidak berubah, kadang-kadang berasal dari Allah Ta’ala atau hawa nafsu. Dan, jika bergerak maju dan mundur dengan tidak pasti atau dalam keraguan, maka itu berasal dari setan. Beberapa shalihin menjelaskan bahwa hawa nafsu seperti harimau. Jika menyerang, tidak tahu kapan berhenti, kecuali dengan dorongan besar, dan kemudian akan hilang. Sedangkan setan seperti serigala, jika diusir dari satu arah, maka ia akan datang dari arah lain.
  2. Jika khathir buruk datang setelah seseorang melakukan perbuatan dosa, maka itu datang dari Allah Ta’ala sebagai siksaan atas apa yang dilakukannya. Jika khathir datang secara tiba-tiba, sebelum seseorang melakukan perbuatan dosa, maka khathir tersebut datang dari setan. Ini adalah hal umum karena setan pertama-tama membujuk, dan kemudian menyesatkan orang.
  3. Jika khathir tidak berkurang dan melemah melalui dzikrullah, dan tidak dapat dihilangkan, maka khathir tersebut berasal dari hawa nafsu. Namun, jika khathir berkurang atau melemah dengan mengingat Allah Ta’ala (dzikrullah), maka khathir itu datang dari setan.

Jika kita ingin tahu, khathir mana yang berasal dari Allah Ta’ala dan mana yang berasal dari malaikat, maka kita harus mempertimbangkan tiga aspek ini:

  1. Jika khathir menguatkan qalb dan memberikan kebijaksanaan, maka itu berasal dari Allah Ta’ala. Dan, jika itu berubah, maka itu berasal dari malaikat. Karena malaikat hanyalah penasihat. Mereka menemani manusia dalam setiap kebaikan dan membimbing manusia berharap mereka akan bahagia melakukan kebaikan.
  2. Jika khathir baik menemani keseriusan seseorang dalam beribadah, maka itu berasal dari Allah.
  3. Jika khathir berkaitan dengan hal-hal fundamental (i’tiqad) dan amal batin, maka khathir ini berasal dari Allah Ta’ala. Jika berkaitan dengan cabang (furu’) ilmu eksternal, maka umumnya berasal dari malaikat. Karena malaikat tidak mengetahui secara mendalam tentang sisi batin hamba Allah.

Kondisi qalb berada dalam pertaruhan antara setan dan malaikat, dalam kondisi antara dua penguasa, Rasulullah SAW telah bersabda: “Qalb orang beriman berada di antara dua jari Tuhan yang Maha Penyayang.” Allah melakukan Tindakan-Nya dengan memerintahkan malaikat dan setan. Keduanya diperintahkan untuk memutar qalb seseorang, layaknya jari yang taat memutar bagian tubuh lainnya. Oleh karena itu, qalb disebut demikian yang berarti berputar ke sana kemari.

Tarikan (lammah) qalb yang dilakukan oleh setan membawa perilaku yang merusak (muhlikat), sementara tarikan (lammah) yang dilakukan oleh malaikat membawa kebaikan (munjiyyat). Untuk menghapus tarikan setan dari qalb dalam jalurnya adalah dengan mengingat atau memikirkan hal-hal lain. Jika ada sesuatu yang lain melintas di qalb, maka pikiran baru akan muncul dan menggantikan apa yang sebelumnya dipikirkan oleh qalb. Penggantian yang baik adalah mengingat Allah Ta’ala dengan meminta perlindungan dan pembebasan dari penipuan dan kekuatan selain Allah Ta’ala.

Ricky Firmansyah
Ghazalian Psychology Practitioner

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Lainnya

Kirim Pesan

Pelajari Psikologi Islam Ghazalian

Bergabunglah dengan komunitas kami dan menjadi profesional bidang psikolog islam ghazalian hari ini.